GOOD GOVERNANCE DAN CORPORATE GOVERNANCE

GOOD GOVERNANCE DAN CORPORATE GOVERNANCE 

1. Kondisi Dewasa Ini 

Salah satu kendala dan dewasa ini telah menjadi penghalang bagi usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat  seperti  yang  diinginkan  oleh  masyarakat  Indonesia  adalah  belum  terselenggaranya dengan memadai  yang  dinamakan  “Good  Coorporate Governement”  (GCG)  di  Indonesia.  Sampai sekarang  Indonesia masih  digolongkan  yang  pelaksanaan  GCG  nya  rendah,  dan  bila  keadaan  ini terus berlangsung maka akan  semakin  sulit bagi  Indonesia melaksanakan pembangunan di  segala bidang. 


Seperti diketahui GCG terkait dengan paling sedikit tiga aspek yaitu: 
  1. Peningkatan kinerja perusahaan (performance) 
  2. Kepatuhan pada peraturan perundangan yang berlaku (compliance) 
  3. Kesuaian pada norma etika dan masyarakat (conformance). 

Rendahnya penerapan GSG di Indonesia berkaitan erat dengan rendahnya pemahaman masyarakat dan para pelaku usaha atas GSG dan manfaat yang dapat diraih dengan penerapan yang baik dari GSG.  Sampai  saat  ini   penerapan  GCG  oleh  para  pelaku  usaha masih  terfokus  pada:  
  • kinerja perusahaan dalam  arti menciptakan  keuntungan;  
  • kepatuhan  yang berkaitan dapat beroperasi tidaknya  perusahaan,  dan 
  • etika  hanya  dalam  kata‐kata  atau  wacana  dan  belum diimplementasikan.  

Rendahnya  penerapan  GCG  tercermin  dari  rendahnya  pasar  rating  CGPI (Corporate Governance Perception  Index) di  Indonesia. Sampai  saat  ini  jumlah  lembaga dan/atau perusahaan yang menjadi anggota CGPI masih relative sedikit dan tidak berkembang secara berarti. Gambaran yang sama juga terjadi pada pasar rating ARA (Annual Report Award). Perkembangan  yang  lamban  pada  penerapan  GCG  di  Indonesia  disebabkan  oleh  berbagai  factor dan diantaranya adalah: 
  1. Belum terdapat peraturan perundangan yang jelas baik serta rinci di bidang korporasi maupun keuangan yang mengatur penerapan GSG secara tegas yang sesuai dengan kebutuhan pasar; 
  2. Belum ada lembaga yang secara konsisten mengawasi penerapan GSG dengan batasan juridiksi yang jelas untuk tiap industry ataupun bentuk usaha; 
  3. Belum ada proses pemantauan yang transparan terhadap penerapan GCG dan juga mekanisme penegakannya. 

2.  Sasaran Yang Ingin Dicapai 

Dengan harapan agar usaha pembangunan dapat mencapai sasarannya atau usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka usaha terus‐menerus meningkatkan penerapan GCG perlu dilakukan secara sistematis.  Usaha yang dimaksudkan perlu dilakukan untuk mencapai sasaran tertentu dalam kurun waktu tertentu yaitu antara lain: 

1)  Terciptanya situasi yang kondusif untuk berinvestasi 

a.  Peningkatan Kepastian Hukum dan transparansi peraturan dan/atau ketentuan 
b.  Peningkatan pelayanan umum dan birokrasi dilihat dari segi waktu dan effisiensi 

2)  Terciptanya Lingkungan usaha yang etis  dan bertanggung jawab. 

Agar  sasaran‐saran  tersebut  dapat  dicapai  beberapa  tindakan  dalam  periode  2009‐2015  akan 
dilakukan, dan tindakan dan usaha yang dimaksudkan meliputi: 
  • Mendorong  reformasi  birokrasi  melalui  penerbitan  UU  Pelayanan  Umum  dan  Kode  Etik Penyelenggara Negara; 
  • Peningkatan  kualitas  keberadaan  KPK,  Tipikor, Ombudsman melalui  penguatan  struktur  dan sarana yang diperlukan; 
  • Mendorong terbitnya UU tentang Whistle Blowing; Kadin Indonesia:  Roadmap Pembangunan Ekonomi Indonesia 2009 – 2014                                                        
  • Mendorong peningkatan indeks persepsi korupsi hingga nialinya mencapai 6 pada tahun 2015; 
  • Mendorong  penyusunan,  publikasi  dan  sosialisasi  kode  etik  pengusaha  Indonesia  dan 
  • mendorong  penerapan  Pakta  Integritas  secara  konsisten  dikalangan  para  pengusaha;  Dalam hal ini mendorong para pengusaha memusatkan perhatian pada”sustainable profit”; 
  • Mendorong terbitnya ketentuan yang mengharuskan laporan penerapan GCG dan assessment pada industry secara bertahap sesuai urgensinya; 
  • Mendorong penerbitan GCG Sectoral Code. 


3.  Tindakan  Yang Diperlukan 

Tanpa  pemahaman  akan  arti  penting  GCG  dapat  dipastikan  akan  sulit meningkatkan  penerapan 
GSG  secara  baik  di  Indonesia. Oleh  karenanya  langkah mendasar  yang  perlu  dan  terus‐menerus 
dilakukan dalam lima tahun mendatang adalah sosialisasi akan pentingnya penerapan GCG di setiap 
lembaga  yang  ada  di  Indonesia.  Sosialisasi  ini  akan  efektif  bila  dikakukan  secara  bersama  antara 
pemerintah dengan pengusaha (KADIN).  
Sejalan dengan usaha sosialisasi ini maka tindakan lainnya masih diperlukan yaitu antara lain: 

  1. Terbitnya  produk  dari  instansi  terkait  yang mewajibkan  penerapan  GSG  pada  sector‐sektor tertentu dan melaporkannya secara berkala dengan audit pihak ketiga yang kompeten; 
  2. Mendorong  penyusunan,  publikasi  dan  sosialisasi  kode  etik  pengusaha  Indonesia  dan  untuk sector‐sektor tertentu dengan mempertimbangkan keunikannya; 
  3. Mendorong  penerapan  Pakta  Integritas  secara  konsisten  di  kalangan  pelaku  usaha  melalui berbagai tindakan yang meliputi: 

  • Dorongan bagi terbentuknya kesepakatan untuk melakukan kegiatan usaha tanpa suap dan menghindari praktek persaingan tidak sehat 
  • Mendorong  para  pejabat  pemangku  anggaran  untuk menerapkan  Pakta  Integritas  secara konsekwen dan konsisten; 
  • Mengupayakan  terlasananya  program  Anugerh  Integritas  (integrity  Award)  baik  untuk penyelenggara Negara maupun pelaku uasaha. 


Penerapan GCG  secara  baik  dalam  prosesnya  akan memberi  sumbangan  yang  sangat  besar  bagi penciptaan ketahanan suatu bangsa. Dengan penerapan GCG diharapkan para  investor tidak akan ragu‐ragu untuk menjadikan Indonesia sebagai tempat berinvestasi. 

Penerapan  GCG  adalah  pekerjaan  tanpa  akhir  karena  harusPublish Post  menyesuaikan  diri  dengan perkembangan yang  terjadi di masayarakat. Untuk  ini  lembaga‐lembaga  tertentu yang  sudah ada perlu mengambil peran yang sesuai dengan fungsinya. Dapat dibayangkan bahwa bila setiap pelaku usaha dan para pengelola Negara bekerja dengan etika dan para pelaku usaha berubah sikap dari pencari  keuntungan  maksimal  dalam  jangka  pendek  menjadi  pengusaha  yang  bertindak berdasarkan ‘pencapaian sustainable profit” yang sudah memperhitungkan lingkungan maka usaha mensejahterakan masyarakat dan menciptakan ketahanan bangsa dan Negara akan membuahkan hasil nyata. 

referensi : Arikel Kadin Indonesia

0 comments:

Posting Komentar