PEMBERDAYAAN DAERAH DAN PENGUSAHA DAERAH

PEMBERDAYAAN DAERAH DAN PENGUSAHA DAERAH 

1. Kondisi Pengusaha Daerah Saat ini 

Kondisi pengusaha daerah, atau  tepatnya kondisi pembangunan ekonomi di daerah saat  ini, salah satunya dapat didekati dari dari kinerja perkembangan  investasi dalam negeri dan  investasi asing yang masuk ke Indonesia, paling tidak selama tujuh tahun terakhir dengan nilai Rp 20,3 triliun dan PMA dengan Rp 14,87 triliun. Namun demikian, sampai pada tahun 2008, investasi dari dalam negeri lebih dominan dibandingkan  investasi asing, dengan nisbah rata‐rata 77 persen domestik berbanding 23 persen asing. Ketimpangan  dan  disparitas  investasi masih  terlalu  jauh,  karena  Jawa  telah mampu merebut  Rp 13,6  triliun  investasi asing dan Rp 12,231  triliun unvestasi modal domestik. Sementara  itu, di  luar Jawa  nilai  investasi  masih  Rp  1  triliun  untuk  investasi  asing  dan  Rp  4,8  triliun  untuk  investasi domestik.   Investasi  di  wilayah  bagian  barat  tentu  sangat  jauh  dibandingkan  nilai  investasi  di Indonesia Bagian Timur. 



Sistem reward and punishment belum dapat diterapkan di organisasi Kadin, sehingga dorongan bagi jajaran Kadin Provinsi untuk mematuhi peraturan organisasi belum optimal. Dalam rangka itu sudah dirintis  kegiatan  rating  sebagai  upaya  memetakan  potensi  dan  kelembagaan  Kadin  Provinsi, sehingga pendelegasian tugas di masa mendatang akan semakin baik lagi. 

2.  Permasalahan yang dihadapi 

Keberadaan Keppres 80/2003 menyebabkan turunnya aktivitas dan performa dari mayoritas Kadin Provinsi dan Asosiasi tertentu. Beberapa Kadin Provinsi dan Asosiasi tetap eksis dalam pelaksanaan sertifikasi karena memiliki  jaringan dan  lobi yang baik dengan pengguna sertifikat (Kementerian & Gubernur) karena mampu menyakinkan pentingnya sebuah sertifikasi. Seiring  dengan  adanya  UU  mengenai  otonomi  daerah,  maka  lobi  dalam  rangka  memperkuat eksistensi  Kadin  sebagai  wakil  dunia  usaha  dilakukan  juga  melalui  Departemen  Dalam  Negeri (Depdagri) dan menghasilkan 1). Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor: 500/1883/V/Bangda tertanggal  16  Desember  2005  tentang  Kerja  sama  Ekonomi  Daerah  dengan  Pihak  Ketiga  dalam Bentuk Konsensi,  2). Departemen Dalam Negeri nomor : 500.05/1542/V/Bangda tanggal 27 Agustus 2008  mengenai  permintaan  Depdagri  kepada  Gubernur,  Bupati/Walikota  supaya  menghimbau kepada setiap pengusaha dibidang usaha negara, usaha koperasi dan usaha swasta untuk memiliki Kartu Tanda Anggota. Di beberapa provinsi seperti Kalimantan Selatan, Sumatera Utara, Aceh dan 
DKI  Jakarta  cukup membantu  dalam  lobi  ke Gubernur  setempat,  sehingga  jumlah  anggota  Kadin 
menjadi signifikan. 

Upaya pembangunan dan perkuatan kapasitas organisasi sangat penting dalam upaya menjadikan Kadin dan Asosiasi sebagai lembaga yang efektif dalam rangka meningkatkan perekonomian melalui pembinaan bagi dunia usaha sesuai amanah UU No 1/1987. 

3. Program Aksi

Jangka Pendek (satu tahun atau kurang) 
  • Peningkatan  jumlah kerja  sama Kadin Daerah di bidang ekonomi dengan Pemerintah Daerah dan dukungan terhadap keanggotaan mencapai 30% dari jumlah Kadin Provinsi yang ada; 
  • Peningkatan  jumlah  anggota  biasa  Kadin  (perusahaan)  10%  tiap  tahunnya  yang  didukung dengan  kemudahan  pelaksanaan  pendaftaran  dan  pengelolaan  data  melalui  pendaftaran online; 
  • Perbaikan  jaringan  kerja  (networking)  antar  pengusaha  daerah  dalam  rangka  membentukmekanisme  koordinasi   dan  komunikasi  yang  rutin  antar  wilayah  di  Kadin  untuk  sinergi pembangunan daerah
 Jangka Menengah (1‐5 tahun) 
  • Peningkatan  keterlibatan pengusaha daerah dalam proyek‐proyek  investasi di daerah, paling tidak sampai  20 persen dari existing value; 
  • Peningkatan  peran  usaha  mikro  kecil  dan  menengah  (UMKM)  daerah  dalam  konteks pembiayaan  dan  pendampingan  usaha,  misalnya  melalui  pembentukan  sentra  pembinaan UMKM daerah melalui program satu desa satu produk (OVOP) 
  • Perbaikan  distribusi  informasi  dan  komunikasi  bisnis  lintas  sektoral  antar  wilayah. Teruwujudnya mekanisme  koordinasi  antar wilayah  pada  tahun  2010  dan  pada  2014  setiap provinsi mengikuti program satu desa satu produk (OVOP) 
  • Mendorong  terbitnya  keputusan  Pemerintah  yang  lebih mengakui  eksistensi  Kadin  sehingga dapat  dioperasionalkan  di  tingkat  daerah  khususnya  dibidang  kerjasama  ekonomi  & keanggotaan Kadin,  
  • Mendorong  revisi Keputusan Presiden Nomor  80/2003  tentang  Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa, agar memberikan peran lebih besar kepada Kadin. 
Jangka Panjang (di atas 5 tahun) 
  • Mendorong  terjadinya  reformasi  birokrasi  di  daerah,  dalam  kerangka  pelaksanaan  Good Corporate  Governance,  misalnya  dengan  sistem  E‐Government  untuk  meningkatkan transparasi kebijakan dan mempermudah pelayanan publik; 
  • Mengambil inisiatif untuk mengusulkan penyederhanaan dan prosedur kredit perbankan, serta memperpendek rantai birokrasi perbankan; 
  • Mengambil inisiatif untuk merevisi Undang‐Undang Perbankan, Dana 40% yang terkumpul dari pihak ketiga di daerah wajib di salurkan ke pengusaha daerah. 
  • Mengajak  pemerintahan  daerah  (eksehutif  dan  legislatif)  untuk  memperjelas  rencana  tata ruang  dalam  rangka  menjamin  usaha  (investasi)  di  daerah,  menyelesaikan  tumpang‐tindih  kejelasan peruntukan, serta tata‐ruang daerah/wilayan dan tata ruang nasional, sebagaimana diamanatkan oleh UU 26/2007 tentang Tata Ruang. 
sumber : artikel kadin Indonesia

0 comments:

Posting Komentar