Pola Penjaminan Kredit UMKM dan Koperasi di Daerah 

Pola Penjaminan Kredit UMKM dan Koperasi di Daerah 

1. Pendahuluan 

Pemerintah  Daerah  (Pemda)  menempatkan  dana  pusat  dan  daerah  pada  Bank  Pembangunan Daerah  (BPD).  Tidak  sedikit  BPD  yang menempatkan  dana  Pemda  tersebut  ke  dalam  instrumen jangka  pendek  Sertifikat  Bank  Indonesia  (SBI). Dana  yang  tersimpan  di  SBI  tersebut  adalah  dana pengeluaran  rutin  Pemda  dan  dana  pembangunan  dari  APBD  yang  belum  terpakai  karena lambatnya proses rencana, persetujuan dan realisasinya. SBI dinilai memberikan pendapatan yang setiap  saat  dapat  dijadikan  uang  tunai  tanpa mengakibatkan  kerugian  pada  bank  sehingga  bank  akan dapat menjaga likuiditas dan memupuk laba. Namun  demikian,  pada  dasarnya  dana  tersebut  dapat  dimanfaatkan  untuk  percepatan  kegiatan ekonomi daerah antara lain melalui skema pemberian kredit UMKM yang dijamin oleh Pemda. 


2. Persoalan daerah  
Masih  terdapat  kendala  kepemimpinan  di  pemerintah  daerah  maupun  persoalan  yang menghambat implementasi anggaran, termasuk di daerah, yang disebabkan, antara lain: 

  1. Perencanaan yang kurang bagus dan  lamban dari Pemda/DPRD sehingga membawa kesulitan eksekusi program yang membawa dampak penyerapan anggaran daerah yang rendah.  
  2. BPD dipandang sebagai kebanggaan daerah dan acapkali tidak terlepas dari percaturan politik di daerah.  
  3. Seolah‐olah ada petunjuk dari DPRD yang mensyaratkan peningkatan pendapatan asli daerah.Akibatnya, banyak dana  yang  seharusnya untuk membiayai pembangunan  lebih dititipkan di BPD untuk mendapatkan keuntungan yang dapat dibukukan bagi peningkatan pendapatan asli daerah.  
  4. Adanya keterbatasan kemampuan SDM perbankan BPD, khususnya petugas kredit BPD, untuk menggali  dan mengenal  potensi  bisnis  yang  prospektif  di  daerah  berikut  risiko  dan  kendala yang mungkin terjadi. 
  5. Kemampuan memupuk keuntungan merupakan  indikator keberhasilan kepemimpinan direksi BPD yang mewakili Pemda.  

Jika memang demikian, buat apa perbankan memupuk laba tinggi dan pendapatan asli daerah yang besar tetapi sektor riil tersendat, infrastruktur rusak, pengangguran dan kemiskinan sulit ditekan. 

3. Solusi Pemberdayaan BPD 

APBD akan dapat menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi  jika  sumber dana  yang dimiliki mampu dialokasikan dengan efektif dan efisien. Bank Pembangunan Daerah/BPD harus menggunakan dana untuk  pembangunan  daerah  dalam  bentuk  kredit  investasi  atau  modal  kerja.  Jika  perlu  BPD membuat  konsorsium  dengan  bank  swasta  nasional  dan  bank  asing  untuk  pembiayaan pembangunan  daerah  mengingat  BPD  seharusnya   lebih  tahu  keperluan  pembangunan  di daerahnya. BPD  juga perlu membuat program penerusan kredit kepada BPR. Hal yang diperlukan dilakukan adalah: 

  1. Perlu ada  kepemimpinan kuat di Pemda, sehingga perencanaan dan eksekusi anggaran  lebih ]tepat dan cepat.  
  2. Ada  baiknya  DPRD  mulai  menganggap  peningkatan  sektor  riil  di  daerah  lebih  penting dibandingkan peningkatan pendapatan asli daerah.
  3. Pemda sebagai pemilik BPD tidak hanya mensyaratkan keuntungan tinggi  tetapi  lebih kepada penyerapan  kredit  kepada  investasi  atau  kegiatan  riil  di  wilayah  setempat.  Lebih  baik perekonomian berjalan dan dinikmati masyarakat secara nyata.  
  4. BPD perlu menyiapkan petugas kelayakan kredit yang handal dalam berbagai sektor. Salah satu keunggulan  BPD  adalah  perannya  dalam  pembangunan  ekonomi  regional,  yang  secara ekonomis  kadang  sulit  dilakukan  bank  swasta  lain.  Bagaimanapun,  selayaknya  BPD  lebih paham tentang peluang bisnis di daerahnya.  
  5. Untuk mengimbangi persaingan, BPD perlu berbenah dengan menguatkan  fungsinya  sebagai lembaga intermediasi dan fokus pada segmen tertentu sesuai dengan potensi daerah.   


4. Urgensi skema penjaminan kredit di daerah 

Guna  mendorong  peran  BPD  dalam  pemberian  kredit  di  daerah  maka  Pemda  bersama‐sama dengan BPD dengan endorser Bank Indonesia dapat membentuk skim penjaminan kredit di daerah mengingat peran penjaminan Askrindo yang sangat terbatas. Skim penjaminan kredit daerah dapat menggunakan dana APBD yang disisihkan dengan tujuan: 

  1. Mempertahankan kesimbambungan pembiayaan dari sektor perbankan ke sektor riil. 
  2. Memfasilitasi  akses  kredit  UMKM  yang  dinilai  feasible  (memiliki  prospek  usaha  yang  baik sesuai  penilaian  bank)  kepada  kredit  perbankan  tetapi  tidak  bankable  karena  menghadapi masalah agunan  yang  tidak memenuhi persyaratan. Adapun prinsip‐prinsip  skim penjaminan kredit di daerah adalah: Pelengkap dari suatu sistem perkreditan , Penjaminan hanya dilakukan apabila usaha dinilai  layak, Penjaminan kredit merupakan pelengkap atau pengganti agunan, Penagihan subrograsi tetap merupakan tugas dari kreditur. 

Pola skim pembiayaan kredit yang diusulkan: 

1)  Penjaminan Pemda atas kredit yang diberikan  


2)  Skim penjaminan kredit dengan Pemda tidak memiliki Lembaga Penjaminan Kredit Daerah 

3)  Skim penjaminan kredit dengan Pemda memiliki Lembaga Penjaminan Kredit Daerah 


Adapun manfaat pemberian skim penjaminan kredit adalah: 

Bagi Pemda dan UKM: 
  1. Memberikan  kemudahan  akses  kredit  kepada  UMKM  dengan  persyaratan  sebagaimana umumnya. 
  2. Meningkatkan produktivitas UMKM,  sehingga  lebih banyak menyerap  tenaga  kerja dan pada akhirnya berdampak pada stabilitas sosial, peningkatan pendapatan dan tabungan pemerintah melalui peningkatan pajak. 


Bagi BPD: 
  1. Peluang  meningkatkan  keuntungan  sekaligus  menurunkan  risiko  (bobot  risiko  kredit  yang dijamin oleh BUMN <100%) 
  2. Meningkatkan  kapasitas  pemberian  kredit  serta  keuntungan  yang  diperoleh  tanpa  harus menambahan modal 
  3. Menjamin  bank  mendapatkan  pelunasan  lebih  cepat  dibandingkan  jika  harus  melikuidasi agunan debitur  

5. Benturan peraturan 

Peraturan yang mendukung dan tidak mendukung pelaksanaan skim penjaminan kredit daerah 

Peraturan yang mendukung: 

  1. UU  No.1/2004  Tentang  Perbendaharaan  Negara  Pasal  9.(2)  Kepala  Satuan  Kerja  Pengelola Keuangan  Daerah  Selaku  .....  dst.  berwenang:  Menyiapkan  Pelaksanaan  Pinjaman  dan Pemberian Jaminan Atas Nama Pemerintah Daerah.   
  2. Peraturan Presiden No.7/2005 Tentang Rencana Pembangunan  Jangka Menengah 2004‐2009 BAB  20  Pemberdayaan  Koperasi  dan  UMKM  Butir  D  No.  2.  Program  Pengembangan  Sistem Pendukung  Usaha  Bagi  UMKM;  Perluasan  sumber  pembiayaan  bagi  koperasi  dan  UMKM, khususnya  skim  kredit  investasi  bagi  koperasi  dan UMKM,  serta  peran  lembaga  penjaminan kredit  koperasi  dan  UMKM  Nasional  dan  Daerah,  disertai  dengan  pengembangan  jaringan Informasinya.  

Peraturan yang tidak mendukung: 

  1. Peraturan Pemerintah RI No.107/2000 Tentang Pinjaman Daerah, pasal 10 (1) Daerah Dilarang Melakukan  Perjanjian  Yang  Bersifat  Penjaminan  Terhadap  Pinjaman  Pihak  Lain  Yang Mengakibatkan Beban Atas Keuangan Daerah. 
  2. SK Menkeu No.479/KMK.06/2003 Tentang Penghentian Izin Usaha Perusahaan Penjaminan  
  3. UU No.  33/2004  Tentang  Perimbangan  Keuangan  Antara  Pemerintah  Pusat  dan  Pemerintah Daerah. Pasal 55 (1) Daerah Tidak Dapat Memberikan Jaminan Atas Pinjaman Pihak Lain 



Referensi : Artikel Kadin Indonesia

0 comments:

Posting Komentar